Ya, diskriminasi gender masih terjadi di berbagai lini kehidupan kita di Indonesia.
Salah satunya yang saya saksikan sendiri sehari sebelum lebaran, ketika saya menemani ibu pergi ke pasar untuk berbelanja keperluan untuk Hari Raya.
Disaat segala harga yang sudah melambung tinggi , suatu hal yang sangat mengganggu muncul di hadapan saya.
Ketika kami akan membeli ayam, yang harganya sangat melambung tinggi, sehingga mencapai Rp. 150.000,- per ekornya, perhatian saya teralih ketika ada seorang ibu bertanya.. ayam yang ada di bagian kiri harganya berapa ?
Sang penjual menjawab : Rp 125.000,-
Dengan otomatis saya komplain, kenapa ayam yang ditawarkan kepada kami harganya lebih mahal ? padahal ukurannya ga jauh beda ?
Dengan entengnya sang penjual menjawab kalo ayam yang ditawarkan pada saya adalah ayam jantan, jadi otomatis harganya LEBIH MAHAL, sementara ayam betina harganya LEBIH MURAH !!
APAAAA !! (dengan ilustrasi ala sinetron Indonesia)
Bahkan dalam dunia Per Ayam an ada diskriminasi gender ?
Salah satunya yang saya saksikan sendiri sehari sebelum lebaran, ketika saya menemani ibu pergi ke pasar untuk berbelanja keperluan untuk Hari Raya.
Disaat segala harga yang sudah melambung tinggi , suatu hal yang sangat mengganggu muncul di hadapan saya.
Ketika kami akan membeli ayam, yang harganya sangat melambung tinggi, sehingga mencapai Rp. 150.000,- per ekornya, perhatian saya teralih ketika ada seorang ibu bertanya.. ayam yang ada di bagian kiri harganya berapa ?
Sang penjual menjawab : Rp 125.000,-
Dengan otomatis saya komplain, kenapa ayam yang ditawarkan kepada kami harganya lebih mahal ? padahal ukurannya ga jauh beda ?
Dengan entengnya sang penjual menjawab kalo ayam yang ditawarkan pada saya adalah ayam jantan, jadi otomatis harganya LEBIH MAHAL, sementara ayam betina harganya LEBIH MURAH !!
APAAAA !! (dengan ilustrasi ala sinetron Indonesia)
Bahkan dalam dunia Per Ayam an ada diskriminasi gender ?
