Tuesday, March 07, 2006

legenda ular hijau 1

LEGENDA ULAR HIJAU I Kucing, kenapa gue begitu menyenangi mahluk yang satu ini. Selain emang gue suka sama wujudnya yang lucu, perilakunya yang menggemaskan. Ada juga cerita legenda yang menyertai kesenangan gue terhadap kucing ini. Memang tak sepanjang dan semistis legenda ular putih, tapi cukuplah memberikan bumbu dalam kehidupan gue yang spicy ini. Tapi setelah dipikirkan kembali, emang ada hubungannya juga sama adiknya siluman ular putih, yaitu si ular hijau. Si hijau yang cantik tapi berbisa ini pernah datang menghampiri awal-awal kehidupanku dulu. Tepatnya ketika diriku masih tergolong balita. Di suatu sore yang cerah di perumahan Amerta Satu Tarogong Garut, sebuah tempat wisata yang tekenal dengan air panasnya di kota itu. seperti biasa diriku yang masih mungil dan polos memutuskan untuk merespons keindahan alam dengan bermain di selokan air yang amat bening. Walaupun kecil, selokan yang mengalir itu merupakan rumah dari aneka macam ikan, macam mujair lokal, bogo, sepat, dan aneka ikan lain yang sekarang sudah menjadi ikan yang langka untuk ditemui. Selain itu ada banyak remis dan udang air tawar yang ikut hidup dalam jernihnya air yang bersumber dari pegunungan. Ketika aku bermain mengejar ikan-ikan kecil yang manis itu, Entah kenapa dan bagaimana, aku lupa secara waktu itu masih kecil ya, tiba-tiba loncatlah seekor ular sepanjang kira-kira satu setengah meter berwarna hijau muda yang amat menakjubkan dihadapanku. Memang dia tidak berkata apa-apa seperti saudaranya siluman ular putih, tapi dari tatapan matanya yang tajam dan mengancam, serta dari gerak tubuhnya yang gelisah, naluriku mengatakan aku harus segera hengkang dari tempat itu. Dengan secepat kilat kulangkahkan kaki-kaki mungilku yang tak berdosa menuju jalan pulang ke rumah. Walaupun tersandung batu-batu yang menghalangi upaya penyelamatan diriku, aku tetap berusaha lari, walaupun pada satu saat aku sempat memalingkan muka dan menyadari akan datangnya bahaya yang mungkin akan menjemput ajalku. Si ular hijau yang panjang itu, tampak tak ragu-ragu mengejarku. Gerakan tubuhnya yang meliuk-liuk dengan cepat seakan tak sabar lagi untuk menancapkan kedua taringnya yang tajam dan menyuntikkan bisanya dan mengakhiri hidupku. Dengan mudah ia dapat melewati semua rintangan yang dengan susah payah aku lewati. Akupun terus berlari dan berlari sambil sesekali menjerit meminta tolong. Tapi tak ada yang datang untuk menolongku. Malang benar nasibku. Aku berharap dapat segera bangun dari mimpi buruk ini. Tapi ternyata aku tak pernah tertidur. Dan ini kenyataan yang harus kuhadapi. Semuanya berjalan begitu lambat bagiku. Sampai aku didepan rumah. Tapi apa daya pintu pagar besi berwarna coklat, yang seharusnya menjadi pelindung awal bagi setiap bahaya yang menghampiri keluarga kami ternyata tertutup. Kugoncang-goncangkan, tapi tak mau terbuka. (Belakangan aku tahu kalau pintu itu dapat dibuka dengan cara digeser). Dengan segenap kekuatan yang tersisa aku panjat pagar setinggi 1,75 meter itu. Bagi seorang balita yang masih kecil tentunya sulit untuk melakukannya, tapi aku harus hidup, aku tak boleh sampai dibelit dan dibunuh ular jahanam itu. Tapi betapa ngerinya diriku saat mengetahui kalau si ular hijau sudah berada tepat dibawahku dan siap menyerang. Posisi tubuhnya dalam keadaan yang amat aneh, badannya yang panjang membentuk huruf S, aku terpana melihatnya tapi aku yakin ia sudah sangat siap untuk menghabisi nyawaku. Mataku pun terpejam, karena tak tahan lagi membayangkan apa yang akan terjadi. Pasrah karena tak tahu harus berbuat apa lagi. Aku menanti datangnya gigitan dua taring yang akan membawaku kepada maut. Tapi waktu seakan terhenti, dan tiba-tiba kudengar erangan keras. Dengan cepat kubuka mataku. Kulihat seekor kucing betina yang cantik berbulu lebat tiga warna, putih kuning dan hitam telah menghantam si ular hijau. Dengan gigitan dan cakaran yang kuat, si kucing itu telah berhasil melukai tubuh si ular hijau. Darah berceceran di tanah, dan kulihat sisik ular hijau itu berserakan. Ular hijau berusaha mempertahankan hidupnya. Dia menyerang membabi buta, menyemprotkan cairan kematian yang membutakan. Tapi si kucing cantik dengan cerdik dan gesit menghindari serangan sang ular yang terpojok. Sampai akhirnya si ular lemas kehabisan darah, dan si kucing mengakhiri hidupnya dengan satu gigitan keras di kepala sang ular hijau, membantingknya ke kiri dan ke kanan, lalu meninggalkan tubuh tak bernyawa itu di tanah. Aku lalu turun dari pagar yang hampir aku panjat. Kuhampiri kucing cantik itu. Si kucing mendekatkan tubuhnya padaku. Dia menghampiriku sambil menggosokkan tubuhnya yang berbulu lebat ke tubuhku. Seakan mengatakan kalau keadaan baik-baik saja, ddan aku telah lolos dari bahaya… Kubelai kepala kucing itu dengan tanganku yang mungil. Dan sejak itu aku tahu kami akan bersahabat.. Lalu kulihat bangkai ular laknat itu, sebersit pikiran menghampiriku… Apakah saudari ular ini akan datang menuntut balasan ? Akupun tak tahu. Tapi yang pasti aku harus barhati-hati dalam hidup ini……………………………….

Sunday, March 05, 2006

The End

It is Raining so Hard, In my bleeding Heart, Remembering the memory, Which so far from glory, Now we’re separated, And both broken hearted, Looking for our own way , Living in our own day, This is the end of our story, There’s nothing more to be worry, --------Frankfurt, 15th June 2001

understanding you

understanding you to understand you is what i need like fresh water to the seed to understand you is something complicated but this enigma must be defeated sadness, happiness, madness and indifferences blended to be answered loneliness, kindness, anger and lunacy spilled to be questioned Questions, Answers are not that important to understand you is what i want But do you understand me the way i want ?

changing hearts

When your best friend turned to be your cruelest Foe, Where everybody you knew turned to be strangers, Changing Hearts left you all alone in the dark, Lonelyness embracing you into it’s deep freezed arms, And let yourself frozen in time….. May the world spins swifty, Let the wind of change races the time , Leave myself waiting still, Like a worm waits to be butterfly , Sleeping in the silence of the never ending night, When my time comes to be awaken , I will spread my wings of Hope and Fly away , To the brightest golden shining Star in the sky , And let my self glows a ray of peace , And if that time comes, Will It change the Shifted Hearts ? Will It make the strangers turn to be a friendly faces ? Or everything will stays the same as I slept ? Well it’s a journey I have to take..........

how's with you ?

I’m sitting here on the bench, Imagining how to dance, Thinking of what should I do, To find the way out of blue, Being with you is my desire, You’re the one who light up my fire, I cherish the time when we’re together, Something really good to remember, Though I can’t promise you forever, I’ll be with you however, --------------Palais de Musee, 14 Juin 2001

Missing You Homeland

When You’re so lonely in the land of stranger All by yourself facing all the danger When freezing air embrace you thoroughly And you’ll get cold so badly You’ll miss the warmth of your home Longing for the cooking of your mom But when you have to keep those thought away Because all the tasks to be done right away Knowing that you can’t go home yet now But I’ll be home soon, I vow Back to the place where I belong Where I left her so long Wassenaar, 13 Juin 2001

Friday, March 03, 2006

Yang Ramah dan Yang Baik

itulah yang gue bilang saat, Kasep si fotografer nanya gue mau difoto kayak apa ? Entah kenapa gue menjawab kayak gitu. Mungkin karena itu udah jadi obsesi gue dari zaman dulu. Pengen jadi orang baik. memang terdengar super klise. Tapi hey.. memang itu salah satu cita-cita gue. Dan itu sudah gue usahakan sejak dulu. Caranya ? Berteman dengan orang-orang yang gue anggap baik, walaupun ternyata tidak semuanya sebaik yang kuduga. Ada salah seorang teman yang terlihat baik dari luar dan dalam. Tapi setelah bergaul dengannya setelah sekian lama, ternyata yang kudapat lebih banyak duka dibanding sukanya. Lebih banyak diperalat dan dipermainkan dibanding diajarin jadi orang yang baik. Hasilnya gue menjadi orang yang kurang baik. Jadi lebih curigaan sama orang, negative thinking melulu, Jadi drama queen (king in my case) tambah silet dalam perkataan. Tapi mungkin itu salah satu defense mechanism kita kali ya supaya tidak menjadi korban lagi. Tapi yang ajaib adalah ketika kita berteman dengan orang "kurang" baik, ternyata banyak yang bisa kita dapatkan. Dari kekurangan yang mereka punya gue jadi sadar, ternyata gue masih lebih baik dari orang lain, nggak sesadis orang-orang tertentu, tapi yang lebih menakjubkan adalah banyak juga lho orang yang gue kira tidak sebaik orang-orang yang gue anggap baik, ternyata aslinya lebih baik dari penipu-penipu ulung yang berkedok sok baik, walaupun exterior maupun prilakunya tidak sebaik dan seramah yang gue harapkan, hatinya baiik sekali. Bahkan segala perbuatan yang gue anggap menyebalkan, mengesalkan dan membuat kepala pusing itu ternyata maksudnya baik.... Makanya sekarang gue tidak akan mudah menjatuhkan vonis pada setiap orang yang gue temui. Kecuali kalau dari awal udah ganggu setengah mati...gue akan bilang Lo ga Baik ah...talk to my hand ....and even my hand won't talk to ya, so talk to your own hand.....coz my hand ain't good enuff for yah... pengen jadi orang yang ramah dan baik.......