Tuesday, February 04, 2014

Dedaunan Kering Sang Pohon

Detik berkejaran dengan menit dan jam
Berlari tanpa lelah tanpa garis akhir

Matahari,  bintang dan Bulan berputar saling mengisi penggalan hari 

Dua Jarum besi terus berjalan maju dan takkan berputar kembali

Sementara sang pohon beranjak tinggi. Menggapai langit biru. Tumbuh dengan indahnya

Walau begitu,  dedaunanya terus berguguran seiring dengan perginya matahari

Tumpukan dedaunannya kering dan tak terhembus bayu

Bertumpuk dan bertumpuk semakin tinggi membukit

Apakah yg akan dialami dedaunan ?

Apakah akan terbakar gesek bara kemarau?

Apakah akan membusuk,  memuai kembali bersama tanah?

Apakah akan hanyut dipeluk banyu menuju sungai terakhir?

Apakah akan terbang dihembus Angin menuju Timur?

Atau terus bertimbun,  meninggi mengejar sang pohon?

Saat angin,  api,  air dan tanah tak kuasa atas para dedaunan

Saatnya bertanya pada sang pohon

Kuatkah kau melepas mereka?
Sanggupkah rela berpisah?
Terus bertumbuh tinggalkan mereka?

Sang pohon pun terpekur. Lalu mendongak kearah langit biru

Diserunya api dari barat,  banyu dari utara,  tanah dari selatan dan Bayu dari Timur

Direlakanlah dedaunan nya kepada Sang Empat

Terbakar,  Terhanyut,  Tertimbun dan Tertiup

Sang Pohon lalu menatap langit biru dan matahari dan terus bertumbuh menggapainya

Arief Rachman, Jakarta, Februari 2014

No comments: