Thursday, April 30, 2009

Lelaki Tampan berbaju Biru

Dalam badan Pesawat Garuda, penerbangan no 868 tujuan Singapura, Pukul 08.00 WIB, aku sudah duduk di kursiku. No 9 C. Entah kenapa perjalanan ini terasa begitu aneh.


Semoga saja pesawat ini  dapat sampai tujuan dengan selamat. Lalu kubaca brosur penyelamatan diri berwarna kuning, sambil membayangkan diriku memakai pelampung yang akan otomatis mengembang ketika ditarik, atau harus ditiup apabila tak mengembang saat ditarik.

 

Tiba-tiba sebuah suara memecah lamunanku… “maaf, Bapak duduk di Kursi saya”… Seorang lelaki tampan berbaju biru donker berdiri di gang sambil memandang saya tajam.

Sambil terbata-bata, kujelaskan kalau kursi yang kududuki adalah milikku, aku panic dan berusaha mencari pramugari meminta perlindungan. Lelaki tampan itu memandang tajam tanpa belas kasihan, meminta hak nya. Badannya yang lebih tinggi dan lebih ramping dariku, dengan rambut masa kininya.,  mengarah padaku, seakan mengancam.  


Orang-orang pun memandang kearah kami…


Akhirnya, seorang pramugari datang, menengahi permasalahan Kami.  Sang pramugari sempat menyangka ada kesalahan di bagian boarding, akhirnya meminta kami untuk menunjukan boarding pas kami. Si pria sempat bersikeras bahwa kursiku adalah kursinya. Lalu kami perlihatkan boarding pas kami kepada pramugari cantik itu. Dan ternyata………..

Benar ! Aku duduk di kursi 9 C, sementara dia duduk di Kursi 9 B . Rasakan ! pasti dia malu. AKupun mengucapkan terimakasih pada pramugari itu sambil melempar pandangan lengkap dnegan seyuman kemenangan kepada laki-laki itu. Dia pikir dia siapa ? berani merebut kursiku. Sambil dia duduk dia mengucapkan satu kalimat singkat yang tak kugubris…. “maaf ya Pak”…

Akupun sibuk dengan lamunanku kembali…  sambil sesekali memandang kearah lelaki itu (memelototi tepatnya), dalam rangka member pelajaran padanya, jangan seenaknya jadi orang.

 

Sebelum pesawat berangkat, kami diperlihatkan video tentang keselamatan penerbangan yang di putar di televise yang menempel di langit-langit pesawat. Tapi khusus untuk para penumpang yang yang duduk di kursi no 9, 10 dan 11, kami mendapat penjelasan khusus. Karena kami duduk dekat pintu darurat, maka kami akan menjadi penanggung jawab pembukaan pintu darurat itu. Dan pramugari bilang bahwa orang-orang yang duduk disitu adalah orangorang yang dianggap mampu melaksanakan tugas berat nan mulia. Akupun tersenyum senang mendengarkan penjelasan itu. Kubayangkan aku menjadi pahlawan yang membukakan pintu pesawat yang mendarat darurat, menyelamatkan para penumpang dari jerat kematian. Dan mungkin si lelaki beraju biru itu juga akan kuselamatkan apalagi memohon padaku. Ah, pasti wajahku akan menghiasi halaman depan Koran Koran dunia. Penumpang Kursi no 9 C, penyelamat Jiwa para penumpang yang Hebat !

Tak berapa lama, pesawatpun lepas landas… dan ketika pesawat menambah ketinggian, terkadang terasa goyangan yang cukup keras, membuatku berdoa, sambil sesekali memandang kearah lelaki itu. Dia memejamkan matanya. Pasti dia takut … HA HA HA

Tak lama kemudian, tercium wewangian yang membangkitkan selera makan. Saatnya sarapan pagi. Pramugari cantik tadi menghidangkan paket sarapan berupa omelette dengan jamur dan sosis ayam dengan tambahan puree kentang yang dipanggang.  Dengan roti dan buah-buahan. Aku memiih kopi dari pilihan minuman yang ditawarkan. Segera kulahap hidangan itu dnegan nikmat, kutambahi merica, garam, rotinya kusaput mentega, semua kulahap tak bersisa. Lalu kupandangi lelaki itu lagi. Sosisnya tak disentuh, uree kentangnya utuh, dia hanya menyentuh sedikit omelet, sedikit semangka dan papaya yang terhidang. Ah, ini pasti jenis lelaki yang jaga badan.. payaah…Kasian amat hidupnya, makanpun tak nikmat ! Rasakan !

Setelah kuperhatikan lagi, tampak dia banyak melamun…. Kira-kira melamun apa ya ? pacarnya ? perusahaannya mungkin ? Lelaki seperti dia tampaknya tak sulit mendapatkan kekasih, dan terlihat tidak miskin.  Ah apapun itu, tak kuperdulikan, yang penting dia berhasil mempermalukan dirinya tadi.

Setelah perut kenyang, kubuka in flight magazine, sambil berusaha membaca apa yang menarik. Kemudian para pramugari membagikan formulir isian kedatangan untu imigrasi di Singapura. Sebaiknya kuiisi disini,  kalau diisi di Changi, pasti ribet. Lalu kuraih pulpenku di saku kemejaku Tidak ada. Ah pasti aku lupa lagi membawa pulpen, kucari dalam tas selempangku, tidak ada juga. Lalu kulirik laki-laki berbaju biru lagi Dia sedang mengisi formulir itu dengan pulpen fasternya yang berwarna hijau.

Ah, tampaknya aku harus meminjam pulpen itu.. lalu bulak balik kuperhatikan kolom-kolom yang harus diisi, nama sesuai paspor, tanggal kadaluarsa paspor, kewarganegaraan, dll, sambil tetap memperhatikan lelaki itu. Tulisan tangannya rapi juga…

Akhirnya dia selesai juga mengisi formulir itu, langsung saja aku bilang aku mau pinjam dan dia haya mengangguk pelan dan memberikan fastr hijaunya, tanpa sedikitpun memandang padaku. Ha HA ! pasti dia malu karena kejadian tadi ! Rasakan ! Lalu dengan asyik kuisi formulir itu.

Tiba-tiba teringatku untuk mengecek alamat yang kutuju di Singapura, lalu aku pun asyik membuka organizer tua yang penuh dengan tulisan acak-acakan…

Tak terasa, 1 jam 20 menit pun berlalu, Pilot mengumumkan bahwa Pesawat akan mendarat di Changi beberapa menit lagi. Segera kubereskan organizerku, kukencangkan sabuk pengaman dan kulihat keluar, Singapura yang rapi terlihat dengan jelas, garis-garis pantai yang semakin meluas berkat pasir yang diimor dari Negara kita, memperluas garis pantai mereka…

Pesawatpun mendarat, kurang mulus memang, tapi yag penting kami telah mendarat dengan selamat. Ketika pendaratan sempat kulihat si lelaki tampan berbaju biru itu memejamkan mata sambil berkomat-kamit. Dasar penakut ! Rasakan !

Begitu psawat mendarat, segera kunyalakan HP-ku, aku harus segera mengontak relasiku di Singapura ! Begitu pintu dibuka, segera ku bergegas, menyenggol si laki-laki berbaju biru itu, sampai tasnya jatuh, tapi aku tak perduli, aku harus segera keluar dari pesawat ini.

Kuarahkan pandangan terakhirku pada si lelaki tampan berbaju biru itu, dia sedang membungkuk memungut tasnya yang jatuh. Kalau bisa aku tak mau berjumpa lagi dengannya !!

AKu berlari, bergegas, menyusuri lorong-lorong, toko-toko  bebas pajak di airport itu.

Segera ku mengantri di imigrasi, yang kebetulan sedang kosong.

Setelah semua urusan selesai, tas bawaan sudah kudapatkan, akupun menyewa taksi untuk pergi ke tujuanku .

Tiba-tiba aku meraba saku kemejaku… ada sebuah pulpen… pulpen Faster warna hijau….

Aaah..ini milik si lelaki tampan berbaju biru tadi. Lupa kukembalikan ! Ah biar saja….

Lalu kuperhatikan di badan pulpen itu tertempel sebuah kertas putih panjang, yang direkatkan oleh selotip…. Disana tertulis nama lelaki tampan berbaju biru itu…….

ARIEF RACHMAN……………………..

10 comments:

ayu candrakirana said...

buahahaha... namanya sama dengamu!!! ih ngomong2, aip lo galak banget siy.. kayanya dendaaaammmm sama si arief rachman versi lain itu :p

arief rachman said...

idiiih ayu ga nangkep, gue mah baik ama laki laki tampan itu..

itican Kamil said...

Tdnya aku pikir lelaki tampan itu artis

ayu candrakirana said...

lirikan matamu... ucapan2mu dlm hati.. kau menubruknya, dan membawa kabur pulpennya.. hahaha..

arief rachman said...

lelaki itu bukan artis, bermodal jadi artis maybe....

andЯie Ruliansyah said...

edan.. gw suka tulisan ini..

arief rachman said...

huhu...pendekatannya emang beda ndriew.... mengecoh..

andЯie Ruliansyah said...

harusnya dikasi judul 'lelaki mirip hedy yunus berbaju biru' hoho

Inayu Dwinanda said...

ahahahaha.. Ngomong2 how can u sit for one hour and twenty minutes tanpa ngobrol basabasi sm irg disampinglo?? ;p

trus kabarnya faster ijo itu skrg gmn? Hehehe

arief rachman said...

sebel gue diliatin terus dengan penuh dendam...tiap gue noleh dikit, matanya makin tajam. mending gue cuekin aja...untung yg dipinjem pulpen murah, bukan Mont Blanc atau apa.. gue kejar ke ujung dunia tuh orang