Sunday, May 11, 2008

My Steak nights part 2

My steak nights part 2
(Norah jones punya blueberry nights bareng jude law, mine is steak nights)

Keesokan harinya...Malam kedua, serombongan kawan mengajak untuk berangkat ke TIZI's di daerah Simpang Dago, sudah barang tentu aku setuju..

karena ini adalah salah satu tempat favoritku untuk makan Steak. Seperti biasa, aku pesen Sirloin Steak, medium well, sementara teman memesan Wiener Schnitzel, Spaghetti and Meatballs (jarang ada resto yang menampilkan menu spaghetti dengan baso ala itali ini),dll.

dan seperti biasa sang sirloin datang dalam piring putih bersih dengan teman-temannya, french fries, sayuran yang disetup, lalu saus berwarna coklat tua, lebih pekat dari saus di BP, dengan aroma smoky barbecue , dan ada semacam saus berbahan dasar tabasco yang disajikan dalam mangkuk kecil yang ada disebelah piringku. Makan di Tizi's bagaikan sebuah tradisi yang telah lama dilakukan, makan bersama teman atau keluarga, tertawa bersama, bergosip tentang pengunjung lain yang duduk disebelah meja kita...

Tapi entah kenapa malam itu agak lain... sang sirloin agak sulit untuk dipotong, terutama bagian lemaknya...langsung aku teringat bahwa hidup itu penuh perjuangan... Jangan menyerah Arief...berjuang terus..
namun, rasa tak nyaman itu segera hilang ketika sang pujaan mendarat dimulutku...

rasa itu....rasa itu... membawaku ke suatu tempat ...

aku ingat...aku ingat...

sebuah taman indah dari masa kecilku..dimana aku dan teman-teman menari bersama..berlari riang gembira tanpa ada prasangka.. menyenangkan...

Tiba-tiba khayalan berganti dengan suatu kenyataan yang menggembirakan... bread roll gratis..
on the house..
roti pastry gurih beraroma bawang putih yang crispy, membuat ingin memesan lagi....

lalu pandangan ku beralih ke pinggan temanku di sebelah...hmm...wiener schnitzel...
walaupun namanya wiener, ini bukanlah sebuah susis, tapi daging tepung panir yang disajikan dengan puree kentang dan setup sayuran....

Melihatnya, memoriku segera kembali ke sebuah musim panas di tahun 2001, aku dan seorang teman karib, sedang berada di kota kecil perbatasan italia dan swiss, kami lapar, sementara uang pas-pasan...
akhirnya kami memesan wiener schnietzel yang dijual di sebuah booth yang dimasak sepasang suami istri berbadan gemuk..sang istri begitu cekatan memasak daging sapi yang telah diberi tepung panir, lalu menaruhnya dalam sebuah roti mirip roti burger dan ditambahi sayuran salad, bawang bombay dan saus mayonaise dan saus tomat..dan dibungkus dengan alumunium foil.
Setelah membayar , kami memutuskan untuk makan wiener schnitzel kami di atas bukit, sambil memandang pegunungan Swiss Alps yang bersalju.

Tapi karena jalan yang berbatu, wiener schnitzel temanku jatuh terburai ke tanah, karena kakinya tersandung batu. Kulihat wajahnya kecewa, karena sudah terbayang di pikiran kami, betapa sedapnya makanan ini.

Oleh karena itu, aku membagi dua bagianku dengannya, dan kami makan dengan sangat nikmat dengan pemandangan yang begitu menakjubkan dari pegunungan yang terkenal ini...itu lah yang kuingat dari sebuah makanan sederhana bernama wiener schnitzel...berbagi dengan sahabat.. susah dan senang bersama..

Tiba-tiba namaku dipanggil oleh seorang perempuan bersuara falsetto, yang meminta untuk diambilkan merica....
aku kembali lagi ke Tizi's di Bandung... Lalu temanku menawarkan aku mencoba wiener schnitzel-nya, akupun tak menolak, dagingnya matang, panirannya agak kering, tapi lumayan enak lah, karena bagiku tak ada yang bisa menandingi kelezatan wiener schnitzel di kaki gunung Alpen...

Tapi hangatnya malam itu di Tizi's mengingatkan aku betapa senangnya berkawan, bercerita, dan juga makan enak.... Kita harus menghargai anugrah yang diberikan Tuhan ini..

1 comment:

Jimmy Yakobus said...

berlari sambil menarik layang2 buatan sendiri.......